MAKALAH
MANAJEMEN
SUMBERDAYA MANUSIA "KONFLIK"
ANGGOTA KELOMPOK 8 :
YULIA SARASWATI B.111.14.0225
FITRI RAHMATIKA B.111.14.0230
GALIH TRIATMOJO B.111.14.0237
LIA PUTRI NOVITASARI B.111.14.0238
DESI FATMAWATI B.111.14.0240
UNIVERSITAS SEMARANG 2014/2015
A. LATAR
BELAKANG
Konflik merupakan kondisi yang
terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak
selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau
mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang
dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya
akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari konflik itu?
2. Apa saja jenis-jenis konflik?
3. Apakah faktor yang melatar belakangi
terjadinya konflik?
4. Apa sajakah dampak yang dapat
ditimbulkan oleh konflik?
5. Bagaimana
strategi yang digunakan dalam manajemen konflik?
A. PENGERTIAN KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja
Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
Beberapa pengertian konflik menurut
para ahli yakni sebagai berikut:
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan
Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku
dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437),
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat
pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan
konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika
mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum
konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi
kenyataan.
4. Menurut minnery (1985), konflik
organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain
berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Perbedaan pendapat tidak selalu
berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka
perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan sangat erat
hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak menginginkan
hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan tidak
sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada
persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang
disepakati. Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa
saja tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan
bisa saja tidak berada dalam keadaan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus
dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan
dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi
mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. JENIS-JENIS KONFLIK
Terdapat berbagai
macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat
klasifikasi. Ada yang membagi konflik berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, ada yang membagi konflik dilihat dari fungsi dan ada juga yang
membagi konflik dilihat dari posisi seseorang dalam suatu organisasi.
a.
Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Jenis konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi, Winardi membagi konflik menjadi empat macam. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut :
Jenis konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi, Winardi membagi konflik menjadi empat macam. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut :
§ Konflik vertikal,
yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang
tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
§ Konflik horizontal,
yaitu konflik yang terjadi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama
atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar
departemen yang setingkat.
§ Konflik garis-staf,
yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang
posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat
dalam organisasi.
§ Konflik peranan, yaitu
konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang
saling bertentangan.
b. Konflik Dilihat dari
Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner membagi konflik menjadi lima macam , yaitu:
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner membagi konflik menjadi lima macam , yaitu:
§ Konflik dalam diri
individu (conflict within the individual) yaitu konflik ini terjadi jika
seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan
tugas yang melebihi batas kemampuannya. Termasuk dalam konflik individual ini,
menurut Altman, adalah frustasi, konflik tujuan dan konflik peranan .
§ Konflik antar-individu
(conflict between individuals) yaitu terjadi karena perbedaan kepribadian
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
§ Konflik antara
individu dan kelompok (conflict between individuals and groups) yaitu terjadi
jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia
bekerja.
§ Konflik antar
kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the same
organization) yaitu konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki
tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya. Masalah ini
terjadi karena pada saat kelompok-kelompok makin terikat dengan tujuan atau
norma mereka sendiri, mereka makin kompetitif satu sama lain dan berusaha
mengacau aktivitas pesaing mereka, dan karenanya hal ini mempengaruhi
organisasi secara keseluruhan .
§ Konflik antar
organisasi (conflict among organizations) yaitu konflik ini terjadi jika
tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi
organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
c. Konflik Dilihat dari
Fungsi
Dilihat dari fungsi, Robbins membagi konflik menjadi dua macam, yaitu:
§ Konflik fungsional
(Functional Conflict)
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan
kelompok, dan kinerja kelompok.
§ Konflik disfungsional
(Dysfunctional Conflict)
Konflik disfungsional
adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut Robbins, batas
yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak
tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi
tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional
pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang
membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak
konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika
konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan
bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya,
jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja
kelompok maka konflik tersebut disfungsional.
C. FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Beberapa faktor penyebab terjadinya konflik yakni
sebagai berikut :
a.
Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya
setiap orang memiliki perasaan, logika yang berbeda antara satu dan yang lain.
Perbedaan inilah yang sering menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani
hidup sosial seorang tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada
acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi adapula yang
terganggu dengan acara itu karena berisik.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya,pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.
c.
Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang
berbeda maupun latarbelakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu
yang bersamaan,masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,tetapi untuk
tujuan yang berbeda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat
dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah suatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak,perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya,pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industi.Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang
disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
D. DAMPAK KONFLIK
Sejatinya dampak konflik yang
terjadi diantara seseorang dengan orang lain ataupun dengan suatu kelompok
dengan kelompok lain memberikan dua dampak yakni bisa dampak positif ataupun
bisa dampak negatif .
Dampak positif dari konflik yaitu:
a. Mendorong untuk kembali mengkoreksi
diri : Dengan adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan bagi
salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir
ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara mereka.
b. Meningkatkan Prestasi : Dengan
adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh konflik menjadi
merasa mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan bahwa ia mampu dan
sukses dan tidak pantas untuk “dihina”.
c. Mengembangkan alternative yang baik
: Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang,
membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik
dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak negatif dari konflik yakni :
a. Menghambat kerjasama : Sejatinya
konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk terhadap kerjasama
yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun kerjasama yang akan
direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
b. Apriori : Selalu berapriori terhadap
“lawan”. Terkadang kita tidak meneliti benar tidaknya permasalahan, jika
melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan konflik kita.
c. Saling menjatuhkan : Ini salah satu
akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara esame orang di dalam
suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya untuk saling
menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masing-masing rendah dan
penuh dengan masalah.
E. STRATEGI DALAM MANAJEMEN KONFLIK
a) Menghindar
Menghindari konflik dapat
dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan
pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang
terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua
pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk
melakukan diskusi”
b)
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.
c)
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak
ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik
tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
d)
Kompromi
atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak
yang dapat menguntungkan semua pihak.
e) Memecahkan Masalah atau
Kolaborasi
·
Pemecahan
sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama.
·
Perlu adanya
satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan
saling memperhatikan satu sama lainnya.
f) Pemecahan persoalan
Dalam strategi pemecahan persoalan, diambil asumsi dasar semua pihak
mempunyai keinginan menangualngi konflik yang terjadi dan karenanya oerlu
dicarikan ukuran-ukuran yang dapat memuaskan pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik. Atas dasar asumsi tersebut maka dalam strategi pemecahan persoalan
harus selalu dilalui dua tahap penting, yaitu proses penemuan gagasan dan
proses pematangannya. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Amerika
membuktikan bahwa usaha pemecahan persoalan menjadi lebih produktif bila semua
gagasan dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibahas.
Penelitian yang sama juga membuktikan bahwa mutu cara pemecahan akan lebih
baik bila pimpinan terlebih dahulu membahas persoalannya sebelum membicarakan
cara pemecahannya. Karena maksud pemecahan persoalan ialah untuk membahas
berbagai macam kemungkinan, maka justru menciptakan kemungkinan berbeda
pendapat, bukan menghilangkannya.
g)
Musyawarah
Dalam strategi ini terlebih dahulu harus ditentukan secara jelas apa
sebenarnya yang menjadi persoalan. Berdasarkan jelasnya persoalan itulah
kemudian kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan pembahasan
untuk mendapatkan titik pertemuan.
Pada waktu perundingan atau musyawarah tersebut dilakukan dapat pula
dikembangkan suatu konsensus bahwa setelah terjadi kesepakatan,
masing-masing pihak harus berusaha mencegah timbulnya konflik lagi.
h)
Persuasi
Dalam strategi ini usaha penanggulangan konflik dilakukan dengan menemukan
kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi dari tujuan pihak-pihak yang sedang
bertikai.
i)
Mencari
lawan yang sama
Strategi ini pada prinsipnya hampir sama dengan strategi ketiga.
Perbedaannya adalah bahwa pada strategi ini semua diajak untuk lebih bersatu
kaena harus menghadapi pihak ketiga sebagai pihak yang dianggap merupakan lawan
dari kedua belah pihak yang bertikai.
j)
Meminta
bantuan pihak ketiga
Hal yang penting adalah mengetahui dibidang apa pertikaian , dalam arti
apakah terjadinya berkaitan dengan konflik politik, konflik wewenang, konflik
hukum, konflik teknis pekerjaan, dan lainnya. Hal ini penting guna dapat
memilih pihak ketiga yang kiranya dapat untuk menanggulangi akibat yang lebih
negatif dari suatu konflik.
k)
Peningkatan
interaksi dan komunikasi
Alasan penggunaan strategi ini adalah bahwa bila pihak-pihak yang
berkonflik dapat meningkatkan interaksi dan komunikasi mereka, pada suatu saat
mereka akan dapat lebih mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan prilaku
pihak lain. Pengertian dan penghargaan ini penting, karena dapat
mengurangi pandangan buruk terhadap kelompok lain.
l)
Latihan
kepekaan
Strategi ini bisa disebut “encounter session” strategi ini umumnya
digunakan untuk menghadapi konflik yang terjadi dalam suatu kelompok
ataupun antar kelompok. Pihak-pihak yang berkonflik diajak masuk dalam satu
kelompok. Dalam kelompok ini masing-masing pihak diberi kesempatan menyatakan
pendapatnya termasuk pendapatnya yang negatif, mengenai pihak yang lain.
Sementara itu, pihak yang dikritik diharapkan mendengarkannya lebih dahulu kemudian
dapat pula mengemukakan pendapatnya. Dengan telah dikeluarkan, segala perasaan
atau “ganjalan” yang dikandung, diharapkan masing-masing pihak akan lega.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan
integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat.
Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik sendiri tidak selalu harus
dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan
dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi
mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
B. SARAN
Janganlah
sering membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu
ingin menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif
seperti, cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran.
Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan konflik juga
berdampak positif bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar